Wednesday 19 December 2012

♥ Aku menunggumu karena ALLAH ♥

Ini bukan rajutan perasaan untuk sebuah penantian.

... Mengapa aku berkata seperti ini?
Karena aku tahu, diriku terlalu banyak
kekurangan.. .
dan karenanya… aku butuh seseorang yang lebih halus
untuk menaklukkan hatiku yang tegas..
Dan yang lebih tangguh untuk menguatkan hatiku yang lemah dengan ijinNYA…
Aku tahu… terlalu banyak yang harus aku perbaiki…
Karenanya, aku menunggumu untuk menjadi pendamping hidupku…
Aku menunggumu untuk lebih membimbingku
dengan tulusmu…
Untuk lebih mengajariku dengan sabar hingga
kenikmatan imanku terhadapNYA..
Semakin dalam dengan ijinNYA…. Disetiap
harinya…untuk selama-lamanya..

Aku tahu, dalam hatiku… aku tak ingin hidup sendiri karenanya, aku berharap…Allah
menganugerahkan padaku seorang imam untuk
berbagi banyak hal dan menerima apa
adanya diriku beserta keluargaku...

Duhai Kekasih… bila Engkau benar-benar ada dalam hidupku…
Semoga ALLAH memantapkan hati kita dan mendekatkan kita dijalan yang lebih IA
Ridhoi..
Aku mencintaimu karena ALLAH…
Aku merindukanmu karena ALLAH dan aku menunggumu karena Allah…
Diraga manakah jiwamu bersemayam?? ?

Dari sini aku menatap jejakmu dengan raga
yang menari bersama angin…diantara
gemuruh ombak kerinduanku
Rasakan getarku yang membiarkan selarik
bintang menemanimu serta untuk menjemputku..
Meski mungkin tak ada peta yang bisa dirimu genggam…
Ijinkan bisik hatiku sebagai petunjuk arahmu dengan ijinNYA…

Ya Rabbi…
Redamkanlah rinduku dijalan yang terbaik
menurut ENGKAU untuk dunia dan akhiratku..
Bila kerabat dan teman tak lagi cukup untuk menemani kehidupanku..
Maka hari itu adalah yang aku tunggu…
Saat kau datang MENGKHITBAHKU..
Aamiin Ya Robbal Allamiin..

Friday 21 September 2012

Karena-Nya Aku Menunggu :'D





"Jadi gimana Mita? Kamu mau menerimanya? Ini sudah ikhwan kelima yang meminangmu."

Aku menggeleng. Kepalaku tertunduk mendengar perkataan kak Sinta, seseorang yang sudah ku anggap sebagai kakak sendiri di tanah rantau ini. Jemariku memilin-milin jilbab merah muda yang ku kenakan.

"Kamu nunggu apa lagi? Usiamu sudah cukup, pekerjaanmu sudah mapan. Apa lagi yang kamu tunggu, Mita?" Kak Sinta menghela nafas panjang, kekecewaan tersurat jelas dari nada bicaranya.

"Kakak tahu, Andri ini bukanlah tipemu. Ia seorang pekerja lapangan, bukan orang yang suka membaca buku. Tapi tolong, Mita.. Pertimbangkan lagi, istikharahlah dulu.."

"Aku udah istikharah Kak.." tukasku

"Coba sekali lagi.." suara Kak Sinta melunak

Aku hanya mengangguk. Kepalaku masih tertunduk. Sudah beberapa kali istikharah, namun tetap saja hati belum menemukan kemantapan.

"Bagaimana mungkin kau merasa mantap Mita kalau di hatimu hanya ada satu nama saja." sebuah suara berbisik.

Cepat-cepat aku menggeleng dan memohon pamit pada kak Sinta. Lupa tujuan kedatanganku ke rumahnya menemui si kecil Zahwa yang belum pulang dari mengaji.

---

Kujamahkan pandanganku pada langit-langit kamar 3x3 meter ini dengan tatapan kosong. Ini tahun ketigaku di kota yang katanya 'lebih kejam dari ibu tiri', sedangkan aku masih sendiri. Perkataan kak Sinta kemarin menohokku. Benar kata Kak Sinta, sudah empat kali aku menolak lamaran laki-laki. Menjadi lima jika nanti aku resmi menolak Andri.

Sebut saja Dika, teman kuliah kak Sinta yang ku tolak karena aku merasa belum mapan. Sementara aku harus membantu biaya sekolah adik-adikku. Sekarang, penghasilanku sebagai guru SMP Islam ternama dan juga berbisnis produk herbal, sudah lebih dari cukup untuk biaya hidup dan membantu orang tua. Namun tetap saja tiga laki-laki berikutnya tak mampu menggoyahkan hatiku untuk mengatakan 'ya'.

"Apa yang kau cari Mita?" suara kak Sinta seakan bergema di dinding kamar. Pertanyaan itu seolah menghujamiku berulang-ulang. Bahkan aku bisa menirukan persis nada bicara perempuan yang usianya terpaut lima tahun di atasku itu. Nada kekecewaan, nada kekhawatiran, ah..aku tahu usiaku sudah menginjak seperempat abad tahun ini. Kak Sinta tahu persis siapa saja laki-laki yang melamarku. Tak urung, ia selalu menawarkan kelebihan-kelebihan mereka, agar hatiku menemukan kemantapan. Nampaknya ia cemas padaku yang tak kunjung menjatuhkan pilihan.

"Menikah itu salah satu hal yang harus disegerakan dalam Islam, Mita.."

"Mita, kamu tahu kan, kalau ada laki-laki yang baik agamanya datang meminang, tetapi pinangannya tidak diterima, maka dikhawatirkan akan timbul fitnah?"

Atau yang akhir-akhir ini kerap dikatakannya berulang-ulang, "Dulu Dika nggak mau, alasannya kamu belum mapan. Amir, alasannya sholatnya jarang tepat waktu. Hasan, alasannya pernah berpacaran bertahun-tahun dan kamu nggak mau. Lalu Toni, alasannya pekerjaannya terlalu jauh. Dan sekarang Andri.. Kakak nggak menemukan alasan kamu menolaknya."

"Ah, apakah ketiadaan alasan untuk menolak mengharuskan seorang perempuan untuk menerima pinangan seorang laki-laki?" gumamku.

Aku memang tak punya alasan kuat untuk menolaknya. Tetapi aku pun tak menemukan alasan untuk menerimanya. Kami terlalu berbeda. Begitu aku menyimpulkannya, setelah mendengar penuturan orang-orang yang dekat dengannya. Ia tak suka istrinya banyak di luar, sedangkan aku punya banyak kegiatan. Ia amat pendiam, sedangkan aku banyak bicara. Ia berasal dari keluarga amat kaya, sedankan aku dari keluarga sederhana. Dan sebagainya. Benakku sudah mencatat panjangnya perbedaan di antara kami.

Apa karena ketidaksamaan itu aku harus menolaknya? Apakah penolakanku kepada semua laki-laki yang bermaksud serius denganku benar-benar berdasarkan alasan yang sesungguhnya? Pertanyaan demi pertanyaan menghujaniku.

"Tidak Mita, sebenarnya kamu hanya menunggu satu laki-laki." suara itu datang lagi. Aku tercekat. Itukah jawabanku yang sebenarnya? Sehingga berkali-kali istikharah pun, aku tak kunjung mendapatkan kemantapan. Hatiku sudah terkunci pada satu nama, suka atau tak suka. "Aku menunggunya." sebersit keyakinan tersimpan rapi di ujung hati.

---

Laki-laki itu bernama Fahmi. Usianya sebaya denganku. Hampir semua orang di kampus mengenalnya. Ia aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan dan juga aktif di kegiatan sosial. Tulisan-tulisannya kerap dimuat media massa. Beberapa kali aku terlibat satu kepanitiaan dengannya. Bagiku itu sudah cukup untuk mengenal kepribadiannya. Dan melalui tulisannya aku bisa membaca pandangannya. Sudah cukup untuk membuatku menyebut namanya dalam setiap doa. Sudah cukup untuk membuatku menahan rasa sekian lama.

"Mita.." pintu diketuk, suara kak Sinta membuyarkan anganku.

Astaghfirullah, cepat-cepat aku beristighfar. Tak baik memikirkan laki-laki bukan mahram. Untung suara ketukan itu menyadarkan aku.

"Kakak boleh masuk? Tadi kakak dibukakan pintu oleh bu Imah." ujar Kak Sinta.

Cepat-cepat aku beranjak dan membukakan pintu. Senyum manis kak Sinta menyambutku, seperti biasa.

"Masuk Kak.."

Kak Sinta mengambil posisi duduk di atas kursi belajar. Ia langsung menceritakan maksud kedatangannya. Tentang Andri tentu saja. Aku hanya menggeleng.

"Kakak sudah menduga jawabanmu. Boleh Kakak tahu alasannya?"

Aku menggeleng. Aku memang tak punya alasan.

"Mita, maafkan kakak lancang mengatakan ini. Melihat gelagatmu yang aneh kemarin saat bertemu dengan Fahmi, Kakak tiba-tiba ingat kamu pernah bercerita ingin memiliki suami yang punya banyak kesamaan. Apakah kamu menyimpan perasaan khusus kepada Fahmi?" Kak Sinta terdengar menyelidik.

Aku terdiam. Perasaan ini sudah tersimpan rapi begitu lama. Hanya aku dan Allah yang tahu. Aku ingin seperti Fathimah kepada 'Ali.

"Mita.. Jujurlah pada Kakakmu ini..!"

Tangan kak Sinta mengangkat daguku lembut. Mata bulatnya beradu pandang denganku. Ia menatapku dalam.

"Iya Kak.." hanya itu jawaban yang mampu ku lontarkan.

"Aha.." seru Kak Sinta girang.

"Wah kalau Fahmi sih mudah saja kakak menyampaikannya. Dia kan sahabatnya Mas Wawan. Tinggal bilang Mas Wawan saja kalau kamu ingin berproses dengannya. Bagaimana?" mata kak Sinta berkedip-kedip menggodaku.

Aku menggeleng cepat. "Nggak ah Kak, masak perempuan yang minta duluan. Lagipula aku tak sanggup Kak kalau nanti dia mengatakan tidak." tukasku.

"Mita, pandang mata kakak.." nada suara kak Sinta tegas.

"Lihat ke sini, dengar ucapan Kakak baik-baik. Sampai kapan kamu mau begini, Mita? Maafkan Kakak yang terlambat peka dengan perasaanmu terhadap Fahmi. Tapi Kakak rasa, kamu sudah menyimpan perasaanmu cukup lama. Sudah berapa lama, Mita?"

Lidahku serasa kelu. Aku hanya mampu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahku berdampingan.

"Dua tahun? Dan selama itu kamu menolak beberapa pinangan lelaki baik-baik? Tak sadarkah kamu, Mita? Semakin kamu menyimpan perasaan, semakin besar kemungkinanmu berzina hati. Kalau memang kamu yakin Fahmi bisa menjadi imam yang baik untukmu, mengapa tidak kamu utarakan padanya? Melalui perantara tentunya. Toh agama kita tidak melarangnya kan?"

Otakku sibuk mencerna kata-kata kak Mita. Memikirkan kemungkinan melakukan hal yang tak pernah ku pikirkan selama ini.

---

"Assalaamu’alaikum.." suara yang ku kenal menyapa. Suara mas Wawan, suami kak Sinta. Di belakangnya pasti ada kak Sinta dan Zahwa.

"Wa’alaikumussalaam.." segera kuletakkan sayuran yang hendak kumasak, membukakan pintu.

"Wah..tumben Kakak-Kakakku berkunjung ke mari bersamaan. Masuk, Kak. Silahkan duduk. Zahwanya mana Kak?" aku tak menemukan Zahwa bersama mereka.

"Kebetulan tadi Zahwa diajak pergi sama Budhenya. Eh, ngomong-ngomong, Mita lagi sibuk nggak?" Kak Sinta membuka pembicaraan.

"Enggak kok, cuma mau masak. Ada apa ya Kak?"

"Begini Mita.." mas Wawan mengambil alih pembicaraan. Mengalirlah ceritanya, tentang kak Sinta yang telah menceritakan kecenderunganku pada Fahmi. Tentang keinginanku agar mas Wawan membantuku berproses dengan Fahmi. Hingga..

"Maaf Mita, Mas nggak bisa bantu. Saat ini, Fahmi sedang berproses dengan akhwat lain, dan sepertinya akan berlanjut."

Suara Mas Wawan seperti petir di siang bolong. Sia-sia sudah doa panjangku untuknya. Sia-sia sudah penantianku sekian lamanya. Sia-sia sudah aku menolak lima laki-laki hanya untuk menunggunya.

Rasa sesak memenuhi seisi dadaku. Ia mendesak tenggorokkanku. Pandanganku serasa diselimuti kabut. Kukatupkan pelupuk mataku menahan butiran embun agar tak tumpah. Tapi sia-sia, embun hangat berubah laksana air bah yang enggan berhenti meluap.

Tanpa diminta, tangan Kak Sinta terhulur ke arahku. Kusambut dengan membenamkan tubuhku dalam pelukannya. Membiarkan aku terisak-isak dalam erat dekapannya.

---

Tiga bulan sudah berlalu sejak kejadian itu. Aku sudah berusaha menghapus nama laki-laki itu dalam hati. Aku menghindari pertemuan dengannya dan semakin menyibukkan hari-hariku. Memperluas pergaulanku. Memperpanjang bacaan shalatku, memperlama tilawah setiap harinya.

Lagu Maher Zain terlantun dari telepon genggamku, sebuah panggilan masuk yang segera kuangkat.

"Assalaamu’alaikum.." suara laki-laki yang amat ku kenal menyapa.

"Ayah!" Pekikku senang, jarang-jarang Ayah meneleponku.

"Eh saking girangnya anak Ayah nggak menjawab salam. Ayah ada di depan kosmu Nak.."

Seruanku semakin keras. Cepat-cepat kukenakan jilbab dan membukakan pintu.

"Assalaamu’alaikum putri Ayah.." Ayah tersenyum lebar seraya memelukku. Sudah tiga bulan aku tak pulang ke kampung halaman.

"Ayah makin ganteng aja.." aku merajuk manja, menggandeng tangannya masuk.

"Eit eit, tunggu dulu. Lihat dulu dong yang ada di belakang Ayah. Disuruh masuk sekalian tuh."

Aku menoleh ke belakang. Perhatianku hanya terfokus untuk Ayah.

"Fahmi..!!!" seruku terpekik.

Fahmi tersenyum sekilas menatapku sebelum menundukkan pandangannya.

---

Bagitu cepat rasanya kisah ini. Tiga bulan yang lalu aku mengaku kepada kak Sinta akan perasaanku. Meminta Mas Wawan membantuku. Kemudian hatiku hancur berkeping-keping mendengar berita tentang Fahmi. Kini, laki-laki itu datang ke hadapanku, bersama laki-laki paling istimewa dalam hidupku dengan tiba-tiba.

"Jadi begini Nak, dua hari yang lalu Fahmi datang ke rumah dan meminta izin untuk melamarmu. Ayah menyuruhnya untuk menunggumu pulang tetapi ia tak mau, ia ingin segera katanya. Maka ia membawa Ayah ke tempat ini untuk meminta jawabanmu secara langsung.."

"Me..la..mar..???” aku menekankan kata itu kalau-kalau aku salah dengar.

"Iya, aku ingin melamarmu Mita. Aku ingin menjadikanmu sebagai istriku." tutur Fahmi seraya manatap Ayah.

Ayah mengangguk. Isyarat membenarkan apa yang dituturkan Fahmi.

"Jadi bagaimana jawabanmu Mita?"

"Bagaimana prosesmu dengan akhwat itu, bukankah berlanjut?"

Tampak keterkejutan di wajah Fahmi, sebelum dengan cepat menguasai diri.

"Aku tak menemukan kemantapan dengannya, lalu memutuskan untuk tak berlanjut. Berkali-kali aku shalat istikharah, dan kecenderunganku hanya pada namamu."

Aku terdiam, mencerna kata-katanya.

"Jadi bagaimana Mita?" kali ini suara Ayah terdengar.

Aku menundukkan kepala menahan senyum bahagia. Menyembunyikan semburat yang merona di kedua pipiku. Rasa hangat menjalari sekujur tubuhku. Diamnya seorang wanita adalah tanda kesediaannya bukan?

---

Akad nikah dilangsungkan di masjid dekat rumahku sebulan sesudah kedatangan Ayah dan Fahmi. Musik nasyid dan alunan rebana mengiringi Walimatul ‘Ursy yang kami selenggarakan secara sederhana di halaman rumahku yang cukup luas.

"Aku tahu kamu yang suka duluan sama aku.." bisik Fahmi di telingaku saat tamu sudah mulai sepi.

"Ah, bukankah kamu yang melamarku..?" tepisku, pura-pura tak ingat akan niatanku dulu.

"Iya kamu bermaksud melamarku tapi nggak jadi kan? Ngaku aja, berarti kamu yang suka duluan sama aku.." suara Fahmi semakin menggodaku.

Aku memasang tampang cemberut. Meski hatiku tengah berbunga-bunga karenanya.

"Aih..gitu aja cemberut, istriku." katanya sambil menjentikkan jarinya di hidungku.

"Sayang, tahu nggak kenapa lama banget aku baru punya istri? Padahal yang naksir aku banyak lho.." lanjutnya membuatku ingin mencubitnya.

Aku hanya menatap tajam ke dalam matanya yang kian berbinar. Tanpa tahu apa yang harus kukatakan.

"Aku tahu.." sahutnya. "Kamu pasti istimewa, karena-Nya aku harus menunggumu sekian lama." bisiknya seraya perlahan mengecup pipiku yang memerah.

*Dikutip dari Catatan Dian Nur'aeni, "Ketika Akhwat Menunggu"
http://www.facebook.com/notes/dian-nuraeni/ketika-akhwat-menunggu/10151212305203206

Friday 3 August 2012

Ta'aruf-Khitbah ;')


Ta'aruf; Bagai Beli Kucing Dalam Karung?
1. ada tanya saat materi ta'aruf disampaikan | "akankah menikah tanpa pacaran, melihat realita yg pacaran saja bisa tak langgeng?"
2. itulah anggapan ta'aruf bagaikan membeli kucing dalam karung | tak tahu seperti apa wanita yg akan dinikahi karena tak pacaran
3. dikhawatirkan dengan ta'aruf, bila telah menikah keduanya tak saling kenal | sulit jalani kehidupan rumah tangga yang baik
4. padahal pacaran pun tak menjamin dia kenal | ramai yang lakukan tahunan maksiat berpacaran namun justru tak jadi menikah dengannya
5. atau yg lewati puluhan musim bersama | tapi kandas dalam hitungan bulan usai langsungkan akad pernikahan | pacaran itu bukan kenalan
6. dendang "kaulah segalanya" lalu "menghitung hari" penuh romansa saat pacaran | berganti "separuh jiwa pergi" saat nikah, itu fakta :)
7. beralasan pacaran bisa saling kenal, lalu mengapa backstreet jadi pilihan? | kenapa tiada keberanian saat hadapi ayahnya?
8. bilapun saling mengenal, sepertinya pacaran khususkan pada satu hal | kenali bagian tubuh pasangan | tanggung jawab tentu hanya impian
9. boleh karenanya dikatakan | bahwa pacaran lebih mirip beli kucing dalam karung | bahkan tak bisa kenali pasangan pasca pernikahan
10. saat jatuh ketika pacaran "aduhai cinta, adl salah jalan berlubang, dirimu jadi terluka" | pasca nikah "kemana matamu?!"
11. saat sulit ketika pacaran "apa yg buatmu sulit dinda? akan abang singkirkan" | pasca nikah "mandirilah! kamu kan sudah sekolah!"
12. pacaran memang serasa indah (hanya sesaat sebelum galau tangis menghampiri) | karena itulah pacaran pasti banyak galaunya
13. pacaran memang serasa berbunga, umbar sayang cinta demi nafsu sebentar | karena memang tiada pikirkan tentang masa depan
14. jadi jelas | pacaran tak jamin kenal, bahkan tidak ada sama sekali keuntungannya | eh, mungkin bagi lelaki hidung belang ada untungnya
15. karena itulah Islam melarang pacaran dan aktivitas didalamnya seperti khalwat, umbar maksiat dan nekad baku syahwat
16. Islam punya khitbah lalu ta'aruf, ta'aruf sendiri artinya adalah perkenalan | sehingga tak beli kucing dalam karung
17. saat ta'aruf, perkenalan terjadi tanpa motif syahwat karena harus ditemani mahram | perkenalan benar perkenalan tanpa bumbu maksiat
18. saat ta'aruf, konfirmasi dan doa bukan hanya datang dari wanitanya | tapi dari yang miliki wanita, ayah dan ibunya
19. dan coba pikirkan | bukankah kedua insan yang cintai Zat yang sama, Allah | maka mereka akan saling mencintai satu samalain?
20. cinta dan benci mereka sama, pandangan tentang baik dan buruk mereka sama | standarkan aturan Allah dan lisan Rasul-Nya
21. bila sama-sama menjaminkan urusannya pada Allah, maka apa yang bisa membuat pasangan ini bertengkar hebat? | hampir tak ada
22. bilapun ada masalah, hanya riak kecil pernikahan | cemburu yang buat nikmat bercumbu, rajukan yang buat nikmat merayu | ah itu biasa :)
23. tak ada yg dikhawatirkan oleh istri, karena ridhanya Allah, dan suami terkeren baginya adalah suami yang menaati Allah
24. istri tak khawatirkan suami bermain dengan wanita lain, kasar pada dirinya, tak tanggung jawab padanya, karena suaminya menaati Allah
25. suami pun tak sekalipun khawatir pada istrinya, karena istrinya taat pada Allah, itu menjamin taatnya istri pada suami
26. suami tak khawatir saat diluar rumah karena istrinya akan menjaga harta dan kehormatan, nama baiknya dan nama baik suaminya
27. kalau pun ada pertengkaran | saat dalil terucap, maka ridha keduanya ada pada dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah, jaminan cinta merek28. suami mudah dinasihati dengan kata-kata Allah, istri pun pasti mendengar saat disampaikan hal yang sama | ini cuma ada pada Islam
29. masihkah ada anggapan khitbah-ta'aruf bagai beli kucing dalam karung? | bila iya, mungkin anda belum siap benar untuk pernikahan :)

Khitbah-Ta'aruf-Nikah Bagi Yang Siap!
1. wahai pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah (HR Bukhari) | begitu pesan Nabi saw
2. siapakah yg dianggap siap menikah? | adl yg telah baligh, pahami Islam, dan dewasa, dia mampu selesaikan masalah, tanggung jawab
3. nikah adalah ikatan agung nan suci | dari sanalah terbangun bahtera dakwah berpsangan, dan madrasah balatentara Allah selanjutnya
4. karenanya, hal baik seperti nikah haruslah dimulai dengan yg baik | buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya
5. Islam menolak maksiat dalam interaksi lelaki-wanita semacam tunangan dan pacaran | Nbai tak mengenalnya samasekali, bahkan melarangnya
6. namun Islam tukarkan metode maksiat dengan metode taat sebelum menikah | khitbah lalu #ta'aruf yg halal agar nikah menjadi baik
7. pada asasnya, khitbah-#ta'aruf adl proses yg dijalani oleh org yg telah mantap hati dan siap nikah | utk pastikan diri dan calonnya
8. jadi khitbah-#ta'aruf bukanlah produk substitusi pacaran, bukanlah pembungkus maksiat pacaran atas nama yg lebih Islami
9. jadi sebelum melakukan proses khitbah-ta'aruf, pastikan semua urusan telah diselesaikan, orangtua pahami niat dan restui niat itu
10. sebelum melakukan proses khitbah-ta'aruf, rencana jg sudah dibuat, kapan ajuan waktu nikah, prosesi nikah, dan segala kaitannya
11. nah, bila semua sudah usai dipastikan, maka saatnya memilih pasangan, memilahnya dari ribuan untuk satu kebahagiaan | ridha Allah
12. “wanita dinikahi karena 4, harta, keturunan, kecantikan, dan agama, pilihlah yg beragama maka engkau bahagia” (HR Bukhari-Muslim)
13. jelaslah usul Nabi, bagi yg tujuan pernikahannya adl ridha Allah dan membangun keluarga sakinah | pilihan utama pada agamanya
14. tak habis pikir, Muslim yg ada niatan menyunting istri dari non-Muslim, apa tujuannya? dakwah blm tentu sampai, mafsadat sudah jelas
15. lebih tak habis pikir, wanita Muslim yg kagum atau melihat lelaki non-Muslim menarik? jelas yg jadi standarnya bukan ridha Allah
16. maka saat persiapan pribadi jelas | pilahlah calon yg memenuhi standar agama kita, bila cantik, kaya dan bangsawan, itu bonus
17. paling mudah jadi aktivis dakwah :D, akhlak-pikir calon terikat syariat, "sudah dibina tinggal dibini", tak perlu "dibini lalu dibina"
18. bagi yg blm jadi aktivis dakwah, carilah pasangan yg "mau dibina", yg mau tunduk pada ayat Allah dan lisan Nabi, itu baik sekali
19. perlu pula saya sampaikan, bila karena fisik wanita dipilih bersiaplah menyesal setelah menikah | sekali lagi, pilih agamanya
20. saat pilihan sudah tetap, maka khitbah dilaksanakan | ia adl pinta persetujuan kpd calon yg diinginkan, utk menjadi pasangan hidupnya
21. bila izin sang wanita telah terucap, khitbah blm selesai | ada ridha walinya yg tetap menjadi syarat bagi yang melamar wanita
22. disini perlu interaksi pria utk datangi wali perempuan, sampaikan maksud dan niatan | sampaikan perencanaan yg telah disiapkan
23. tentu, perlu pula bagi wanita utk yakinkan kedua orangtuanya sebelumnya, pastikan tidak ada masalah setelah ada pelamar bertamu
24. bila niatan tak disambut walinya, berlega dirilah tak perlu datangi dukun atau melamun | naik pohon kelapa, liat, akhwat tak cuma satu
25. segera tarik diri dan selesaikan urusan dengan akhwat yg tak disetujui walinya, bawa proposal pada akhwat yg siap, insyaAllah banyak
26. maka perlu kiranya, sejak awal saat akhwat telah merasa siap nikah, orangtua dikondisikan, agar tak menyulitkan pelamar kelak
27. bila niatan disambut baik wali akhwat, alhamdulillah, khitbah telah terlaksana, akad nikah terbuka depan mata, lanjutkan ke ta'aruf
28. beda ta'aruf dengan pacaran adl, bahwa ta'aruf memiliki batas waktu yg jelas dan tetap yaitu akad nikah, dan interaksi non-khalwat
29. mengenai batas waktu ta'aruf, tidak ada ketentuan, bisa esok hari atau tahun depan | lebih cepat lebih baik, serius itu cepat
30. perlu ditambahkan bagi ikhwan-akhwat | semakin panjang waktu ta'aruf, semakin besar potensi maksiat, selubungi pacaran atas nama ta'aruf
31. interaksi saat ta'aruf jg harus ditemani mahram, lelaki boleh menanyakan perkara yg menguatkannya untuk menikah, apapun itu
32. perkara yg sensitif bisa diketahui dari orangtua, shahabatnya, saudaranya, atau musyrifahnya (ustadzahnya)
33. Rasul jg membolehkan melihat wanita hingga memiliki kecenderungan padanya, melihat disini terbatas memandang fisik dirinya, tidak lebih
34. memandang akhwat yg akan dinikahi juga tak perlu buka jilbab dan kerudung, perkara semisal itu bisa ditanyakan pada mahramnya
35. bagaimana interaksi via phone dan sms? | boleh selama ada keperluan | "sudah makan belum", "sudah tahajud belum" bukan masuk keperluan
36. hati-hati mengotori proses ta'aruf, karena khalwat bisa terjadi bahkan di telp atau di sms, interaksi yg membuai dan sebagainya
37. jadi interaksi via telp dan sms, dilakukan dalam rangka siapkan pernikahan, bukan mengumbar rasa yang seharusnya setelah nikah
38. ingat, ta'aruf itu tak hanya pada wanitanya, tapi juga keluarganya | boleh juga libatkan 2 keluarga silaukhuwah utk rencana nikah
39. selama ta'aruf pikirkan selalu, "apakah dia cocok menjadi ibu dari anak-anak kelak?" | "apakah ia bisa mengimami dan melindungi?"
40. bagaimana setelah ta'aruf lantas tidak merasa ada kecocokan? | sampaikan saja, dan segerakan untuk selesaikan urusan, itu lumrah
41. lelaki berhak memilih wanita, dan wanita berhak untuk menolak | jangan rasa segan, karena tak ada korban dalam urusan ini
42. lalu bila telah pas di hati, lanjutkan ke jenjang pernikahan, setelah akad terucap | apapun halal bagimu dan baginya, segala urusan :D
43. perlu saya ingatkan sekali lagi, bagi lelaki | lakukan khitbah-nikah saat sudah siap, bukan menyiapkan diri setelah khitbah-ta'aruf
44. bagi wanita, silahkan pantau yg melamar anda | bila kesiapan belum ada, lebih baik diminta bersiap daripada masalah penuh dibelakang
45. apakah kesiapan berarti miliki kerja? | "nafkah bukan syarat nikah, tapi kewajiban setelah nikah" | namun, bagi calon mertua itu penting
46. apakah wanita boleh inisiatif mulai proses khitbah-ta'aruf? | "boleh, laksana Khadijah binti Khuwailid kepada Muhammad bin Abdullah"
47. apakah khitbah perlu perantara ustadz/ustadzah? | "tak harus, boleh sendiri bila mampu dan mau"
48. apakah khitbah boleh lewat sms atau media lain? | "boleh, selama yg dikhitbah bisa pastikan bahwa itu real, merpati pos pun jadi"
49. akhir kalam, khitbah-ta'aruf-nikah bukan coba-coba, bukan pula permainan, niatan hanya Allah yg tahu | semoga dimudahkan menikah :)

Sumber: https://twitter.com/felixsiauw

-Pacaran- :)


Masih Pacaran? | Udah Putusin Aja.. :D
1. remaja, masa dimana bermekaran semua | tidak hanya cita ataupun rasa, tapi juga mulai dihampiri cinta
2. awalnya dekat itu biasa, namun kala remaja berubah jadi getar asmara | segala terasa indah, setiap hari jadi berwarna
3. salahkah cinta sebabkan rasa pada manusia? | tidak pernah sayang, tidak pernah Allah karuniakan selaksa cinta untuk menyiksa
4. Allah turunkan cinta bagi manusia sebagai tanda | bahwa kita bisa berkeluarga, mampu lanjutkan keturunan dalam satu bahtera asa
5. maka tak ada yang salah dengan cinta | masalahnya adalah bagaimana kita menyalurkan cinta dlm bentuk pergaulan, khususnya remaja
6. Islam mengatur agar tak salah jalan | arahkan manusia yg telah memiliki cinta untuk dikukuhkan dalam ikatan pernikahan
7. pernikahan membuat segala bentuk cinta menjadi halal berpahala dan penuh kenikmatan | sebagai hadiah Allah buat insan
8. namun sebelum pernikahan, semua bentuk cinta dihijab larangan | karena Allah tau yg terbaik bagi manusia yg Dia ciptakan
9. lalu bagaimana dengan remaja? | apakah yg harus dilakukan dengan cinta yang belum seharusnya? karena terhalang sekolah dan cita-cita?
10. bagi mereka Islam perintahkan berpuasa | jauhkan diri dari rangsangan fisik semacam memandang, mendekat atau berkhalwat ria
11. Rasul lisankan, "berdua-duaan dengan wanita tanpa disertai oleh mahram si wanita, yg ketiganya adalah setan” (HR Bukhari dan Muslim)
12. dari sini kita dapatkan hukum berpacaran | bahwa ia adalah interaksi yg dilarang dalam Islam secara mutlak
13. tapi anak muda memang selalu biasa cari alasan | lupa bawa pembenaran itu beda tipis dengan kebenaran
14. pacaran itu penambah semangat belajar | "oh, teori, yg terjadi kebanyakan sebaliknya kawan, lagipula bukankah harusnya lillahi ta'ala?"
15. pacaran itu sebuah nada cinta, bukankah Allah Maha Cinta? | "betul, makanya Allah perintahkan nikah, bukan pacaran"
16. pacaran itu penjajakan pra-nikah | "itulah lelaki yg miskin tanggung jawab, 'penjajakan' dahulu, bukan komitmen akad nikah dahulu"
17. pacaran supaya tak beli kucing dalam karung | "banyak yg pacaran lama nikah sejenak saja, dan saya tak pacaran alhamdulillah langgeng"
18. pacaran itu bikin hidup lebih hidup | "iyakah? bukankah dominasi penggalau yg tewas bunuh diri karena berpacaran?"
19. pacaran itu bukan apa-apa kok, kita have some fun aja | "nah akhirnya, inilah perkataan paling jujur tentang pacaran"
20. saya pacaran untuk ajarkan Islam pada pacar | "Islamnya belum tentu sampai, maksiatnya sudah pasti, niat baik harus dikawani cara baik"
21. saya nggak lakukan apapun, tak pegangan tangan, tiada interaksi fisik | "sekalian sempurnakan tak usah pacaran lebih ok"
22. kaum lelaki, coba pikirkan, bila anda benar sayang padanya, tentu tak ingin kulitnya disentuh api neraka dengan maksiat pacaran bukan?
23. kaum lelaki, coba pikirkan, andaikan anda benar sayang padanya, tentu tak akan korbankan masa depannya dengan maksiat pacaran bukan?
24. kaum wanita, coba pikirkan, andaikan telah berani maksiat bahkan sebelum menikah, apa yang menjamin taatnya setelah menikah?
25. kaum wanita, coba pikirkan, tidak inginkah anda menjadi yang pertama bagi suami nantinya? pertama disentuh tangannya, hatinya?
26. bagi remaja, cukuplah interaksi lelaki-wanita saat syariat bolehkan, tegur sapa secukupnya, tiada lebih daripada itu
27. bagi remaja, jadi bila memang cintamu karena Allah, maka engkau sanggup bertemu karena Allah, pula sanggup berpisah karena-Nya
28. bagi remaja, bila belum sanggup menikah, maka cinta harus ditangguh | pacaran? udah putusin aja...

#UdahPutusinAja
1. pacaran itu menjalin silaturahim | "silaturahim itu hubungan ke kerabat, bukan pacaran" #UdahPutusinAja
2. pacaran itu bikin semangat belajar | "semangat belajar maksiat?" #UdahPutusinAja
3. pacaran itu buat dia bahagia, itu kan amal shalih | "ngarang, btw, telah bahagiakan ibumu? ayahmu?" #UdahPutusinAja
4. pacaran itu sekedar penjajakan kok | "serius nih penjajakan? ketemu ibu-bapaknya berani?" #UdahPutusinAja
5. kasian kalo diputusin | "justru tetep pacaran kasian, dia dan kamu tetep kumpulin dosa kan?" #UdahPutusinAja
6. kasian dia diputusin, aku sayang dia | "putusin itu tanda sayang, kamu minta dia untuk taat sama Tuhannya, betul?" #UdahPutusinAja
7. putus itu memutuskan silaturahim | "silaturahim itu kekerabatan, sejak kapan dia kerabatmu?" #UdahPutusinAja
8. nggak tega putusin.. | "berarti kamu tega dia ke neraka karena maksiat? apa itu namanya sayang?" #UdahPutusinAja
9. aku nggak zina kok, nggak pegang2an, nggak telpon2an, kan nggak papa? | "nah bagus itu, berarti gak papa juga kalo putus" #UdahPutusinAja
10. aku pacaran untuk berdakwah padanya kok | "ngarang lagi, dakwahmu belum tentu sampai, maksiatmu pasti" #UdahPutusinAja
11. nanti putusin dia gw gak ada yg nikahin gimana? | "pacaran tak jaminan, realitasnya banyak yg nggak nikah sama pacarnya" #UdahPutusinAja
12. berat mutusin | "semakin berat engkau tinggalkan maksiat untuk taat, Allah akan beratkan pahalamu :)" #UdahPutusinAja
13. nanti aku dibilang nggak laku gimana? | "bukan dia yang punya surga dan neraka, abaikan saja" #UdahPutusinAja
14. kalo aku putusin dia, dia ancam bunuh diri | "belum apa2 pake anceman psikologis, dah nikah dia bakal ancem bunuh kamu!" #UdahPutusinAja
15. dia masi ada utang ke aku, berat mutusinnya | "hehe.. kamu ini rentenir ya? kl terusan hutangnya malah nambah" #UdahPutusinAja
16. pacaran itu makan waktu, makan duit, makan hati | mending waktu, duit dan hati diinvestasikan ke Islam, #UdahPutusinAja
17. pacaran memang tak selalu berakhir zina, tapi hampir semua zina diawali dengan pacaran, #UdahPutusinAja
18. pacaran itu disuruh mengingat manusia, bukan mengingat Allah | melisankan manusia bukan Allah, #UdahPutusinAja
19. pacaran itu bikin ribet, dikit2 bales sms, dikit2 telpon, dikit-dikit minta dikirim pulsa (wah, sms mamah baru nih) #UdahPutusinAja
20. pacaran itu dikit-dikit galau, dikit-dikit galau, galau kok dikit-dikit? hehe.. #UdahPutusinAja
21. lelaki, coba pikir, senangkah bila engkau menikah lalu ketahui bahwa istrimu mantan ke-7 laki-laki berbeda? #UdahPutusinAja
22. wanita, coba pikir, inginkah berkata pada suamimu pasca akad kelak "aku menjaga diriku utuh untukmu, untuk hari ini :)" #UdahPutusinAja

Sumber: https://twitter.com/felixsiauw

Sunday 29 July 2012

"JILBAB MENYELAMATKANMU DARI SIKSA API NERAKA"


Mohon maaf bukan niat hati tuk menghakimi temen-temen yang belum bisa memakai jilbab tapi pada dasarnya hanya sekedar untuk saling mengingatkan saja sesama umat islam khususnya wanita,,"
Imam Ali as berkata:
“Saya dan Fathimah menghadap Rasulullah saw dan kami melihat beliau dalam keadaan menangis tersedu-sedu dan kami berkata kepada beliau: “Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, apa yang membuat anda menangis tersedu-sedu?”

Rasulullah bersabda:
“wahai Ali pada malam mi’raj ketika aku pergi ke langit ,aku melihat wanita–wanita umatku dalam azab dan siksa yang sangat pedih sehingga aku tidak mengenali mereka. Oleh karena itu, sejak aku melihat pedihnya azab dan siksa mereka, aku menangis.
Kemudian beliau bersabda:
1. Aku melihat wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih.

Rasulullah saw bersabda:
“Wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih adalah wanita yang tidak mau menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki yang bukan mahram.

Sepenggal cerita Ali as diatas dari 11 sabda Rosullullah mengenai wanita yang masuk neraka nererangkan dengan jelas bahwasanya seorang wanita akan masuk neraka jika tidak menutupi rambutnya atau memakai jilbab(Hijab)

Mungkin Kaum wanita sekarang menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil,bahkan ada yang bilang lebih baik tak memakai jelbab dari pada memakai juga tak bisa menjaga kelakuannya"Kaum wanita menganggap yang terpenting hatinya dan bisa menjaga prilaku dan mengerjakan sholat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. 

Al-Qur'an surat  Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya sbb:
“….. Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.
Sebagaimana telah diterangkan dimuka, memakai jilbab bagi kaum wanita adalah hukum syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59. Jadi kaum wanita yang tak memakainya, mereka telah mengingkari hukum syariat Islam dan bagi mereka berlaku ketentuan Allah yang tak bisa ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka?.

Sikap Allah diatas ini sama dengan sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang dari peribahasa seperti:“Rusak susu sebelanga, karena nila setitik,”. Contoh segelas susu adalah enak diminum. Tetapi kalau dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran tersebut lalu meminum susu tersebut, tetapi kita membuang seluruh susu tersebut.
Begitulah sikap manusia jika ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau manusia tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau menerima amal ibadah manusia kalau satu saja perintah-Nya diingkari.
Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang tak mau memakai jilbab, yang berbunyi sbb.:

“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”

Kaum wanita yang tak memakai jilbab didalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan bunyi ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji mereka.

Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab berada dalam neraka sebagaimana bunyi hadits Nabi Muhammad SAW diatas, juda ditegaskan Allah sebagaimana firmanNya di dalam surat Al A’raaf ayat 36 yang artinya seperti:

“Adapun orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”.

Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, adalah mendustakan ayat Allah surat An Nur ayat 31 dan Al Ahzab ayat 59 dan menyombongkan diri terhadap perintah Allah tersebut, maka sesuai dengan bunyi ayat tersebut diatas mereka kekal didalam neraka.
Ummat Islam selama ini menyangka tidak kekal didalam neraka, karena ada syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW yang memohon kepada Allah agar ummat yang berdosa dikeluarkan dari neraka. Mereka yang dikeluarkan Allah dari neraka, mereka yang dalam hidupnya ada perasaan takut kepada Allah. Tetapi kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, tidak ada perasaan takutnya akan siksa Allah, sebab itulah mereka kekal didalam neraka.

Sekarang kaum wanita yang tak mau berjilbab, dapat menanyakan kepada hati nurani mereka masing-masing. Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu jatuh menghimpitnya atau bagaikan lalat yang hinggap dihidung mereka?.
Kalau kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, menganggap enteng dosa mereka bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya, maka tak akan bertobat didalam hidupnya. Atau dalam perkataan lain tidak ada perasaan takutnya kepada Allah, sebab itu mereka kekal didalam neraka sebagaimana bunyi surat Al-A’raaf ayat 36 di atas. Jadi mereka tak mendapat syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW nanti di akhirat.

Banyak sekali kaum wanita yang tak berjilbab sungguhpun mereka mendirikan shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi telah hapus nilai pahalanya disisi Allah telah terjadi di zaman kita ini dan akan berketerusan sampai hari kiamat, kecuali dakwah menghidupkan risalah jilbab ini dikerjakan bersama-sama oleh seluruh ummat Islam, yaitu dengan mencetak ulang buku yang tipis ini dengan jumlah yang banyak dan disebarkan secara cuma-cuma ketengah-tengah ummat Islam.

Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini dan di zaman yang akan datang, semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam hidup mereka, telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb:
  
“Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat, tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi mereka”.

Tafsir “…sebenarnya bukan mendirikan shalat…” dari hadits diatas, ialah nilai shalat mereka tidak ada disisi Allah karena telah hapus pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari ayat jilbab. Begitulah Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banyak ummatnya dari kaum wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan shalat, tetapi tidak memakai jilbab didalam hidup,

"Semoga menjadi renungan kita bersama bahwa yang wajib itu tetap wajib hukumnya,,"
Kalau tidak mulai dari sekarang apakah kita akan menunggu hari lusa atau disaat kita sudah tua,,,?"
Ingat satu hal Malaikat maut itu tidak menunggumu hari lusa besok atau taun depan mungkin satu menit,jam atau hari esok kita telah dicabut nyawanya oleh malaikat maut,,"dan kita benar-benar menjadi orang yang merugi setelah hari itu datang kepada kita,,"

Buat teman-temanku Berjilbab Yuks,,,,"memakai jilbab itu indah dan terhormat dimata manusia juga dimata ALLAH"

Semoga Bermanfaat ya semuanya (˘ʃƪ˘)